Senin, 28 Desember 2009

riset pemasaran

Riset Pemasaran

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah kegiatan penelitian dibidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interprestasi hasil penelitian. Kesemuanya ini ditujukan untuk masukan pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan p[engambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran ini dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.
Tujuan Riset Pemasaran:
Mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara obyektif kenyataan yang ada.
Bebas dari pengaruh keinginan pribadi ( political biases ). “ Find it and tell if like it is “.
Studi tentang riset pemasaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Riset dasar dikenal juga sebagai riset murni atau riset fundamental yang bertujuan memperluas batas-batas pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan aspek-aspek system pemasaran. Selama ini hanya sedikit perhatian yang dicurahkan terhadap bagaimana pengetahuan tsb digunakan dalam proses manajemen pemasaran.
Riset terapan
bertujuan membantu para manajer mengambil keputusan yang lebih baik. riset terapan ini diarahkan kesituasi organisasi yang spesifik dan pelaksanaannya dibimbing oleh ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam proses pengambilan keputusan.
Proyek riset pemasaran formal dapat dipandang sebagai seperangkat langkah yang disebut proses riset. Untuk melaksanakan proyek riset secara efektif diperlukan antisipasi terhadap seluruh langkah proses riset dan memahami saling ketergantungannya. sembilan langkah-langkah dalam proses riset yaitu :
1. Menetapkan kebutuhan akan informasi
2. menentukan sasaran riset dan kebutuhan akan informasi
3. menentukan sumber data
4. mengembangkan bentuk pengumpulan data
5. merancang sample
6. mengumpulkan data
7. mengolah data
8. menganalisis data
9. menyajikan hasil riset
Ada empat sumber utama dari data pemasaran :
responden
situasi analogis
eksperimentasi
data sekunder
Setelah sasaran penelitian ditetapkan dan kebutuhan informasi didaftar dengan terinci langkah selanjutnya adalah menentukan dari mana sumber data diperoleh.
Keterangan atau ilustrasi mengenai sesuatu hal bias berbentuk kategori, misalnya : rusak, baik, senang, puas, berhasil, gagal, dsb, atau bias berbentuk bilangan. Kesemuanya ini dinamakan data atau lengkapnya data statistik.


Data menurut bentuknya dapat dikatergorikan sbb:
1. Data yang berbentuk bilangan disebut data kuantitatif, harganya berubah-ubah atau bersifat variable. Dari nilainya, dikenal dua golongan data kuantitatif ialah :
data diskrit yaitu data dengan variable diskrit
data kontinu yaitu data dengan variable kontinu
2. data yang dikategorikan menurut lukisan kualitas obyek yang dipelajari adalah data kualitatif. sehingga golongan ini dikenal pula dengan nama atribut. Misalnya: sembuh, rusak, gagal, berhasil, dsb.
Menurut sumbernya data dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
1. data intern
adalah data data yang bersumber dari dalam perusahaan. Pengusaha mencatat segala aktivitas perusahaannya sendiri, misalnya: keadaan pegawai, pengeluaran, keadaan barang di gudang, hasil jualan, keadaan produksi pabriknya dan lain-lain aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan itu.
2. data ekstern
adalah data yang bersumber dari luar perusahaan. suber data ekstern mencakup laporan riset komersial, majalah bisnis, laporan industri, laporan pemerintah, dsb.

Data ekstern dapat digolongkan atas dua bagian:
data ekstern primer atau data primer
data primer merupakan data yang dikeluarkan dan dikumpulkan oleh badan yang sama untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan.
data ekstern sekunder atau data sekunder
data sekunder merupakan data yang sudah dipublikasikan untuk konsumsi umum

Tahap-tahap melakukan riset pemasaran

Untuk menyediakan informasi yang dapat diandalkan, riset pemasaran menggunakan metode yang sistematik dan obyektif. Sistematik dan obyektif mengandung arti bahwa riset pemasaran menggunakan beberapa tahap yang merupakan kesatuan logis sehingga hasilnya dapat diterima atau dipahami semua pihak. Penggunaan beberapa tahap dalam riset pemasaran ini diperlukan untuk menjamin agar informasi yang dihasilkan benar-benar valid. Namun demikian perlu dipahami bahwa tahap-tahap dalam riset pemasaran tidak bersifat baku sehingga tahapan di sini dimaksudkan sebagai kerangka yang memudahkan dan menjamin hasil riset sesuai dengan yang diharapkan.

Riset pemasaran terdiri dari 10 tahap yaitu:

  1. Menetapkan masalah riset

Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh periset dalam menetapkan masalah riset adalah:

    1. Memperoleh pandangan klien mengenai masalah yang sebenarnya terjadi
    2. Mempertimbangkan sumber dan jenis informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh klien
    3. Mengkombinasikan masukan informasi dari pihak klien dengan periset
  1. Penentuan desain riset

Desain riset akan menggambarkan perencanaan yang akan dilakukan dalam riset dan mengacu pada masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada tahap inilah periset perlu merinci dengan detil prosedur yang diperlukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah riset dan menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan

Terdapat tiga jenis desain riset, yaitu:

    1. Eksploratori à tujuan utama riset adalah untuk memperoleh pandangan yang mendalam dan menyeluruh mengenai masalah yang sebenarnya dihadapi perusahaan. Jadi informasi yang dicari sekedar untuk mengetahui permasalahan dasar.
    2. Deskriptif à tujuan utama riset adalah untuk menggambarkan sesuatu
    3. Kausal à tujuan utama riset adalah untuk membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti
  1. Metode pengumpulan data (primer atau sekunder)

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan langsung oleh periset untukmenjawab masalah risetnya secara khusus
Cara mengumpulkan data primer adalah dengan:

    1. Wawancara
    2. Focus group discussion
    3. Teknik proyeksi
    4. Survei
    5. Observasi
    6. Eksperimen

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, bukan oleh periset sendiri. Artinya, periset sekedar mencatat, mengakses, atau meminta data tersebut (kadang sudah berbentuk informasi) ke pihak lain yang telah mengumpulkannnya di lapangan.

  1. Penentuan desain pertanyaan, skala dan alat analisis

Pada tahap ini periset perlu melakukan tiga aktivitas sebagai berikut:

    1. Merancang pertanyaan atau kuesioner yang akan ditanyakan kepada pihak yang disurvey. Pertanyaan dalam kuesioner dapat bersifat terbuka ataupun tertutup
    2. Merancang skala penilaian hasil kuesioner
    3. Merancang alat analisis yang akan digunakan dalam menilai kuesioner
  1. Menentukan metode pengambilan sampel dari populasi yang diteliti
  2. Penulisan dan penyampaian proposal riset.

Pada tahap ini periset menyiapkan dokumentasi yang berisi:

    1. Ringkasan eksekutif yang menyampaikan poin utama yang akan dijalankan dalam riset
    2. Latar belakang masalah
    3. Penentuan masalah dan tujuan riset
    4. Pendekatan terhadap permasalahan dengan menampilkan literatur, teori atau pendekatan yang akan digunakan sebagai rujukan riset
    5. Desain riset yang mencakup jenis data yang akan dikumpulkan dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
    6. Analisis data dengan menguraikan cara menginterpretasikan data yang akan dianalisa
    7. Pelaporan yang akan dihasilkan dari riset tersebut
    8. Waktu dan biaya riset
    9. Lampiran-lampiran yang diperlukan dalam riset, misalnya: format kuesioner
  1. Pengumpulan data
  2. Pengeditan, pengkodean, dan penginputan data
  3. Analisis dan penginterpretasian hasil riset
  4. Penulisan dan penyampaian laporan akhir

citra produk

CITRA PRODUK

Citra produk merupakan salah satu dari factor keberhasilan dalam perusahaan yang ingin meningkatkan nilai jual produk dan gambaran yang diperoleh konsumen mengenai produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Di dalam menghadapi persaingan, perusahaan juga dtuntun untuk bagaimana perusahaan dapat membuat citra produk. Untuk mendapatkan perhatian pasar dan bagaimana perusahaan dapat membuat citra produk yang baik untuk konsumen adalah dengan cara strategi penempatan (positioning) produk.

Menurut Tjiptono positioning yaitu tindakan membangun dan mengkomunikasikan manfaat produk yang istimewa dari produk didalam pasar. Apabila suatu perusahaan yang telah berhasil memposisikan produknya dengan baik berarti perusahaan tersebut telah berhasil menciptakan citra produk terhadap konsumen.

Citra produk dapat terbentuk dengan berbagai macam, misalkan : pengalaman langsung dari konsumen yang pernah memskai atau mencoba produk tersebut, perbandingan yang dlakukan oleh konsumen yang pernah menggunakan produk tersebut, kisah dari teman, keluarga tentang baik tidaknya produk.

Disamping itu iklan juga dapaqt dipakai untuk mempertahankan dan memperbaiki citra produk dari perusahaan tersebut. Karena yang menilai bagus atau tidaknya produk tersebut bukanlah produsen melaikan konsumen. Apabila konsumen sudah mengecap produk tersebut bagus maka perusahaan sebaiknya mempertahankan produk tersebet dan dibuat lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Kemudian baru perusahaan mempertimbangkan harga, perbandingan produk, kemasan dan lain – lain. Namun apabila konsumen sudah mengecap suatu produk tersebut tidak bagus maka jangan heran apabila dalam satu atau beberapa bulan omset yang didapat dari perusahaan akan turun perlahan – lahan atau bahkan akan turun secara signifikan.

Akan tetapi, pemasangan iklan untuk meningkatkan citra produk hendaknya dapat disesuaikan dengan massanya. Misalakan produk otomatif sangat tepat dimuat dimajalah otomotif. Namun didalam majalah tersebut harus ada paling tidak sedikit harus terdapat berita yang memuat tren – tren otomotif masa kini. Dapat disimpulkan segmentasi pasar yang digunakan harus dengan target group yang ingin dicapai oleh perusahaan benar – benar tepat sasaran.


Produsen sabun menggunakan bintang - bintang film terkenal yang cantik untuk mempromosikan produknya. Harapannya adalah publik mempersepsikan sabun produknya dikonsumsi oleh bintang-bintang film itu. Jamu menggunakan seorang tokoh intelektual terkenal untuk mencitrakan konsumen penggunanya. Produsen pelumas mempergunakan figur pembalap mobil formula sebagai ikon untuk membagun citra produknya.

Pada era kompetisi semua perusahaan berlomba - lomba membangun citra produknya. Sekali citra produk mengalami penurunan maka diperlukan perjuangan yang jauh lebih mahal untuk mengangkatnya kembali. Kecelakaan bisa disebabkan dari dalam maupun serangan dari luar. Beberapa minggu yang lalu ketika sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) mengeluarkan hasil penelitiannya bahwa banyak minuman isotonik pengganti ion tubuh yang beredar di Indonesia mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, maka ramai - ramailah perusa - haan penghasil minuman isotonik itu pasang iklan besar - besar di media massa untuk ”melawan” dan meyakinkan publik bahwa produknya aman untuk dikonsumsi.

Jadi dalam mempertahankan suatu citra produk maka kita juga harus dapat mempertahankan produk tersebut.


Referensi :
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-sitifahrin-283
http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=45766
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/manajemen/pengaruh-penempatan-positioning-produk-terhadap-citra-produk-studi-pada-pen
http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3020&Itemid=341